A. Selayang Pandang
Menyebut
Kebun Raya Bogor, ingatan kita serta merta akan tertuju pada kebun raya
pertama di Asia Tenggara yang juga menjadi lokasi Istana Bogor. Sejarah
Kebun Raya dan Istana Bogor memang saling terkait erat. Pembangunan
Istana Bogor bermula ketika Gubernur Jendral van Imhoff menginginkan
tempat rehat yang nyaman di sebuah lokasi yang berhawa sejuk. Maka pada
tahun 1745 ia menemukan areal perbukitan yang dia sebut Buitenzorg
(artinya bebas masalah/kesulitan). Di tempat inilah kemudian dibangun
sebuah pesanggrahan yang selanjutnya dikembangkan menjadi lebih luas dan
megah oleh Gubernur Jendral Willem Daendels (1808-1811), Gubernur
Jenderal Thomas Stamford Raffles (1811-1816), dan Gubernur Jenderal
Baron van der Capellen (1817-1826). Pada masa Daendels didatangkan enam
pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal untuk memperindah
lingkungan Istana Bogor. Sementara pada masa Raffles dirintis sebuah
taman yang menjadi cikal bakal kebun raya di lingkungan Istana Bogor.
Sebelum
dikembangkan lebih jauh oleh para penguasa kolonial, sebenarnya cikal
bakal Kebun Raya Bogor telah ada sejak abad ke-15, ketika Sri Baduga
Maharaja, Prabu Siliwangi yang memerintah antara 1474-1513, membuat
hutan atau taman buatan yang disebut samida. Dalam prasasti Batutulis
disebutkan, hutan buatan ini ditujukan untuk menjaga kelestarian
benih-benih kayu langka yang diperlukan oleh kerajaan. Ketika Kerajaan
Siliwangi (Sunda) takluk terhadap Banten, hutan inipun tidak terurus.
Pada
masa pemerintahan Raffles, lingkungan Istana Bogor disulap menjadi
taman bergaya Inggris klasik dengan bantuan seorang ahli botani dari
Inggris, W. Kent. Gubernur jenderal yang dikenal memiliki minat besar
terhadap ilmu pengetahuan ini menjadikan lingkungan istana sebagai
sarana untuk meneliti berbagai tanaman yang hidup di kawasan Hindia
Belanda. Hingga sekarang, wisatawan masih bisa menyaksikan salah satu
peninggalan Raffles di Kebun Raya Bogor, yakni Monumen Olivia Raffles,
sebuah monumen yang didirikan untuk mengenang mendiang istri Raffles
yang meninggal pada 1814.
Monumen Lady Olivia Raffles
Sumber Foto: Roslan Tangah (aka Rasso)
Setelah
Raffles, giliran van der Capellen yang mengembangkan lingkungan Istana
Bogor secara lebih serius. Pada tanggal 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal
van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama s‘Lands Plantentuinte Buitenzorg.
Pendirian kebun raya ditandai dengan menancapkan ayunan cangkul pertama
sebagai tanda dimulainya pembangunan kebun tersebut. Pembangunan kebun
raya dipimpin langsung oleh Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt, seorang
ahli botani dan kimia yang menjadi Menteri Bidang Pertanian, Seni, dan
Ilmu Pengetahuan di Jawa dan sekitarnya. Reinwardt memimpin Kebun Raya
Bogor antara tahun 1817 sampai 1822. Pada masa kepemimpinannya itu, ia
mengelola areal sekitar 47 hektare serta mengumpulkan tanaman dan benih
dari berbagai tempat di Nusantara. Kebun Raya Bogor kemudian menjadi
pusat pengembangan pertanian dan holtikultura di Hindia Belanda, dengan
sekitar 900 jenis tanaman dikembangkan di kebun raya ini.
Setelah
Reinwardt, Kebun Raya Bogor dipimpin oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang
mulai melakukan inventarisasi tanaman koleksi yang tumbuh di Kebun Raya
Bogor. Usaha pencatatan ini berhasil membukukan sekitar 912 jenis
(spesies) tanaman. Namun, pada perkembangannya Kebun Raya Bogor sempat
mengalami kekurangan dana. Persoalan minimnya dana ini mulai teratasi
setelah Johannes Elias Teijsmann, seorang ahli kebun istana Gubernur
Jenderal Johannes van den Bosch, mengambil alih kepemimpinan Kebun Raya
Bogor pada tahun 1831. Pada masanya, Teijsmann mengelompokkan tanaman
berdasarkan suku (familia).
Monumen Karl Reinwardt, pemrakarsa dan
direktur pertama Kebun Raya Bogor
Sumber Foto: http://www.jakarta.diplo.de
Setelah
Teijsmann, berturut-turut Kebun Raya Bogor dipimpin oleh Prof. Dr.
Melchior Treub (1881), Dr. Jacob Christiaan Koningsberger (1904), Van
den Hornett (1904), dan Prof. Ir. Koestono Setijowirjo (1949).
Nama terakhir ini merupakan orang Indonesia pertama yang menjabat
sebagai pimpinan kebun raya yang saat itu telah diakui keberadaannya
secara internasional. Pada masa kepemimpinan tokoh-tokoh ini, Kebun Raya
Bogor berhasil mengumpulkan berbagai tanaman yang berguna dan bernilai
secara ekonomis, seperti vanili, kelapa sawit, kina, getah perca, tebu,
ubi kayu, jagung, serta kayu besi.
Pengelola
Kebun Raya Bogor juga mengembangkan kelembagaan internal demi
mengkhususkan pada pengembangan objek kajian tertentu. Lembaga-lembaga
tersebut antara lain jawatan Herbarium, Museum, Laboratorium Botani,
Kebun Percobaan, Laboratorium Kimia, Laboratorium Farmasi, Cabang Kebun
Raya di Sibolangit (Deli Serdang), Cabang Kebun Raya di Purwodadi
(Kabupaten Pasuruan), Perpustakaan dan Tata Usaha, serta Pendirian
Kantor Perikanan dan Akademi Biologi yang merupakan cikal bakal Insitut
Pertanian Bogor (IPB).
Kerusakan
akibat bencana badai pernah dialami Kebun Raya Bogor pada 1 Juni 2006.
Badai kencang menerjang areal kebun raya hingga menumbangkan sekitar 124
pohon besar yang sebagian di antaranya berusia di atas 100 tahun.
Pohon-pohon tua tersebut tumbang dan merusak berbagai tanaman lain serta
sarana dan fasilitas di kebun raya. Akibat kerusakan yang menimbulkan
kerugian miliaran rupiah tersebut, Kebun Raya Bogor sempat ditutup untuk
sementara waktu.
B. Keistimewaan
Kebun
Raya Bogor merupakan habitat seluas 87 hektare bagi sekitar 3.504
spesies tumbuhan, yang terbagi ke dalam 1.273 genera dan 199 famili.
Tidak mengherankan jika kebun raya ini tercatat sebagai kebun botani
terbaik keenam di dunia dan terbaik pertama di Asia Tenggara. Koleksi
yang kaya dengan areal yang begitu luas tentu saja menjadi daya tarik
bagi wisatawan dari dalam maupun luar negeri.
Obyek
wisata ini cocok bagi Anda yang ingin berlibur bersama keluarga.
Arealnya yang luas bisa untuk bermain dan bersantai sembari menghirup
udara segar, sedangkan berbagai koleksi tumbuhan dan hewan awetan yang
dimiliki oleh kebun raya ini merupakan sarana pendidikan yang menarik
dan cocok bagi semua kalangan.
Memasuki
gerbang utama Kebun Raya Bogor, Anda akan disambut oleh dua patung
Ganesha yang melambangkan kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan dalam
kepercayaan Hindu. Nah, dari pintu gerbang ini wisatawan dapat memilih
beberapa rute untuk ditelusuri. Mengingat arealnya yang luas, sebaiknya
Anda memilih untuk melewati beberapa rute saja, sehingga dapat lebih
fokus menikmati kawasan yang Anda lalui. Terdapat empat rute jalan kaki
sebagaimana ditulis di dalam buku Panduan Kebun Raya Bogor yang terbit tahun 1997.
Rute Pertama
dimulai dari gerbang utama. Rute ini dapat dilalui kereta anak dan
kursi roda, sehingga bagi Anda yang membawa anak atau pengunjung yang
menggunakan kursi roda dapat memilih rute ini. Dari pintu utama
wisatawan akan memasuki jalan setapak sepanjang 450 meter dengan nama
jalan kenari I. Nama ini diambil dari pohon-pohon kenari (Canarium commune)
yang menghiasi bagian kanan-kiri jalan. Di perempatan pertama,
wisatawan belok ke arah kiri, memasuki sebuah jalan setapak yang
dilengkapi pergola (para-para peneduh dengan tanaman merambat). Di musim
hujan, pergola tersebut akan semakin indah dengan bunga-bunga berwarna
hijau yang mulai mekar.
Berjalan
lurus dari jalur ini, wisatawan akan berjumpa dengan Laboratorium Treub
yang khusus digunakan untuk penelitian fisiologi dan biokimia tumbuhan.
Nama laboratorium ini diambil dari nama pendirinya, yakni Prof. Dr.
Melchior Treub. Di sebelahnya berdiri bekas rumah direktur kebun raya
pada jaman kolonial, yang dibangun pada 1884, bersamaan dengan pendirian
Laboratorium Treub. Bekas rumah direktur kebun raya tersebut saat ini
telah difungsikan sebagai rumah inap yang dapat disewa oleh masyarakat
umum.
Di seberang rumah inap terdapat rimbunan tumbuhan yang salah satunya adalah maskot Kebun Raya Bogor, yaitu Amorphophallus titanum alias bunga bangkai. Bunga yang berasal dari Sumatra ini termasuk ke dalam suku talas-talasan (Araceae).
Dalam bidang botani, bunga raksasa ini pertama kali dipublikasikan pada
tahun 1878 oleh seorang ahli botani asal Italia bernama Beccari. Namun,
baru 37 tahun kemudian, yakni tahun 1915, Kebun Raya Bogor mulai
mengoleksi tanaman ini. Bunga bangkai memang istimewa. Bunga dengan
tinggi hingga 2 meter ini hanya muncul dengan siklus antara 2-5 tahun.
Selain identik dengan bau bangkainya yang menyengat, bunga ini memiliki
warna-warni yang mempesona: paduan antara ungu lembayung, kuning, merah,
dan hijau kekuning-kuningan.
Bunga bangkai saat mekar
Sumber Foto: http://www.jakarta.diplo.de
Berjalan
terus dari kompleks bunga bangkai, kemudian berbelok ke arah kanan,
wisatawan akan sampai di ujung Jalan Kenari I. Dari tempat ini, para
pelancong dapat menikmati pemandangan halaman belakang Istana Bogor,
yang makin cantik dengan keberadaan kawanan rusa bertutul putih (Axis-axis)
yang berkeliaran di padang rumput. Rusa-rusa ini merupakan hasil
pengembangbiakan rusa-rusa yang dibawa Gubernur Jenderal Daendels dari
perbatasan India dan Nepal.
Rusa dengan latar belakang salah satu sisi Istana Bogor
Sumber Foto: http://rfkamil.multiply.com
Rute Kedua juga dimulai
dari perempatan pertama Jalan Kenari I. Namun bedanya, jika rute
pertama berbelok ke arah kiri, maka rute kedua berbelok ke arah kanan.
Berjalan sekitar 20 meter dari perempatan tersebut, pengunjung akan
sampai pada lokasi pohon kempas atau kayu raja (Koompassia excelsa).
Pohon yang berasal dari Kalimantan ini adalah pohon raksasa dengan
tinggi mencapai 50 meter dan diamater 1,5 meter. Usia pohon ini mencapai
85 tahun, dan dikenal sebagai pohon yang kuat, keras, dan berat.
Usai
menikmati pemandangan pohon raksasa yang tinggi menjulang, pengunjung
dapat beralih ke Blok II A dan Blok II C yang menyajikan tanaman-tanaman
penghasil serat rami yang biasa digunakan untuk tali, tikar, dan jaring
ikan. Belok kanan dari blok ini, pelancong akan disuguhi koleksi pandan
yang tatanannya cukup indah. Setelah itu, pelancong akan melewati
jembatan yang melintas di atas Sungai Ciliwung yang mengarah ke Kolam
Victoria, di mana terdapat bunga teratai raksasa (Victoria amazonica)
yang berasal dari hutan Amazon, Brazil. Teratai raksasa ini bergaris
tengah antara 1-1,5 meter, sementara bunganya yang berwarna putih muncul
seminggu sekali. Bunga tersebut cukup unik karena dalam tempo 2-3 hari
berganti warna menjadi merah jambu.
Keunikan lainnya jika wisatawan melintasi rute dua adalah keberadaan pohon tertua di Kebun Raya Bogor, yakni pohon leci (Litchi chinensis).
Pohon ini terletak di pinggir Kolam Gunting dan ditanam sekitar tahun
1823, atau sekitar 186 tahun yang lalu. Pohon yang dibawa dari Cina ini
tumbuh dalam kondisi baik hingga saat ini. Namun, karena usianya yang
terbilang tua, pohon leci tersebut tidak lagi berbuah.
Rute Ketiga mengikuti
jalur rute kedua hingga areal Blok I. Dari Blok I, rute ketiga
mengambil jalur lurus menuju Taman Meksiko. Di taman ini terdapat
berbagai macam tanaman dari daerah kering di Amerika Latin. Dari Taman
Meksiko wisatawan akan melewati jembatan gantung pertama menuju sebuah
kawasan yang mirip dengan hutan. Di hutan ini ada tumbuhan paku-pakuan,
tanaman rempah-rempah, hingga kayu ulin atau kayu besi (Eusideroxylon zwageri).
Kayu ulin terkenal kuat dan mampu bertahan hingga 80 tahun. Tak heran
jika kayu ini sering digunakan sebagai bahan untuk bantalan rel kereta
api.
Taman Meksiko
Sumber: http://www.bogorbotanicgardens.org
Selepas
hutan, pengunjung akan melewati Kolam Victoria, kemudian menyeberangi
Sungai Ciliwung melalui jembatan gantung kedua. Setelah melintasi Sungai
Ciliwung, pelancong akan diperlihatkan koleksi sekitar 288 spesies
palem yang dimiliki oleh kebun raya ini. Jumlah koleksi tersebut
merupakan jumlah koleksi palem terbesar di dunia. Beberapa di antaranya
adalah pohon aren dan lontar yang merupakan pohon penghasil gula. Selain
itu, ada juga pohon kelapa dan kelapa sawit. Yang menarik, kelapa sawit
yang ditanam di perkebunan-perkebunan di Asia Tenggara merupakan
turunan dari koleksi pertama pohon sawit yang ditanam di Kebun Raya
Bogor. Namun sayangnya, pohon sawit pertama tersebut telah mati pada 15
Oktober 1989.
Jembatan yang melintasi Kali Ciliwung di
Kebun Raya Bogor
Sumber Foto: http://www.thingsasian.com
Hal lain yang dapat dilihat di rute ketiga ini adalah pohon kalong atau pohon damar (Agathis dammara). Dinamakan pohon kalong karena pohon tersebut merupakan tempat berlindung kalong buah (Pteropus vampyrus)
yang biasanya mencari makan pada malam hari. Hewan ini termasuk
kelelawar besar dengan moncong mirip anjing dan rentang sayap mencapai
1,5 meter. Kalong buah biasanya mencari tempat berlindung di pohon-pohon
yang tinggi, salah satunya pohon-pohon damar tersebut.
Rute Keempat adalah rute penjelajahan
yang dimulai dari Cafe Botanicus, mengikuti jalan beraspal menuju ujung
Jalan Astrid. Dari Jalan Astrid, wisatawan mengikuti jalan beraspal
yang berada di sisi taman rumput. Di sekitar taman rumput terdapat
anggrek macan yang menempel di sebatang pohon. Anggrek macan cukup
istimewa karena memiliki panjang tangkai bunga antara 1-2 meter. Setiap
tangkai biasanya memiliki lebih dari 100 bunga, sehingga dapat memantik
kagum siapapun yang melihatnya. Bunga anggrek ini hanya berbunga setiap
dua tahun sekali.
Usai
menikmati bunga anggrek macan, wisatawan akan melintasi jembatan
gantung. Namun, sebelum itu, Anda dapat menikmati pemandangan Jalan
Kenari II yang di kanan-kirinya ditumbuhi pohon kenari. Uniknya,
pohon-pohon kenari tersebut dililit oleh liana yang merupakan tanaman
merambat dengan batang kayu rambat yang kuat. Liana ini juga dikenal
dengan sebutan “pohon Tarzan”, karena dalam film Tarzan tanaman merambat ini digambarkan sebagai sarana Tarzan melompat dari satu pohon ke pohon lainnya.
Melewati
jembatan gantung, pelancong akan sampai di makam Mbah Jepra yang
dilingkupi dua pohon raksasa. Pohon pertama berjenis beringin (Ficus albipila)
tetapi berkulit licin coklat-hijau. Beringin unik ini diduga merupakan
spesimen satu-satunya di Indonesia. Sementara satu lagi adalah pohon
meranti bunga (Shorea leprosula). Dua pohon raksasa ini ditanam
sekitar tahun 1870. Usai menikmati lingkungan makam Mbah Jepra,
pengunjung kemudian mengikuti jalan setapak menuju sisi lain dari
halaman Istana Bogor. Di tempat ini, wisatawan dapat menonton rusa-rusa
bertutul putih yang sedang merumput di halaman istana.
Salah satu rute penjelajahan di Kebun Raya Bogor
Sumber Foto: http://www.potlot-adventure.com.
Selain
memiliki koleksi ribuan tanaman dari dalam dan luar negeri, Kebun Raya
Bogor juga merupakan habitat bagi beraneka jenis burung. Terdapat
sekitar 50 jenis burung hidup dan berkembangbiak secara alami di tempat
ini. Beberapa di antaranya adalah kepodang, walik kembang, kutilang,
kowak, dan kuntul.
Tak
hanya burung-burung yang hidup secara alami, Kebun Raya Bogor
mengembangkan pula koleksi berupa replika binatang dan koleksi awetan
binatang yang dipamerkan di Museum Zoologi. Museum ini misalnya
memamerkan replika kerangka tulang ikan paus raksasa yang terdampar di
perairan Indonesia. Di samping replika tiruan, Museum Zoologi juga
memamerkan berbagai jenis binatang awetan, seperti serangga, reptil,
unggas, cacing, hingga mamalia.
C. Lokasi
Kebun Raya Bogor terletak di jantung Kota Bogor, yaitu di Jalan Ir. H. Juanda No. 13, Bogor, Jawa Barat, Indonesia.
Pengelolaan kebun raya ini berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). Untuk memperoleh informasi lebih lanjut, wisatawan
dapat menghubungi Bagian Jasa dan Informasi Kebun Raya Bogor di nomor
telepon/fax 0251-8311362.
D. Akses
Wisatawan
yang berminat mengunjungi Kebun Raya Bogor dapat menempuh perjalanan
dari Jakarta. Dari ibu kota negara ini, Anda dapat menggunakan kendaraan
pribadi atau menggunakan kendaraan umum (bus maupun kereta api). Sarana
transportasi umum Jakarta-Bogor umumnya cukup ramai, sehingga wisatawan
tak perlu khawatir kesulitan memilih kendaraan yang diinginkan.
Sesampainya di terminal atau stasiun di Kota Bogor, wisatawan dapat
menggunakan jasa angkutan kota atau taksi untuk menuju Kebun Raya Bogor.
Kebun Raya Bogor buka setiap hari dari pukul 08.00 WIB hingga 17.00
WIB.
E. Harga Tiket
Tiket
masuk Kebun Raya Bogor adalah Rp10.000,00 per orang. Harga tiket ini
sudah termasuk bea masuk Museum Zoologi, sehingga bagi Anda yang telah
membeli tiket Kebun Raya Bogor digratiskan untuk menikmati koleksi
Museum Zoologi. Namun, jika wisatawan sekedar ingin mengunjungi Museum
Zoologi (tidak mengunjungi kebun raya secara keseluruhan), pengunjung
hanya perlu membayar tiket masuk museum sebesar Rp1.500,00 per orang.
Selain tiket masuk, pelancong yang membawa kendaraan pribadi akan
dikenakan biaya tambahan parkir sebesar Rp5.000 untuk setiap kendaraan.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Kebun
Raya Bogor telah dilengkapi fasilitas pendukung berupa rumah inap dan
restoran. Rumah inap yang merupakan bekas rumah direktur kebun raya pada
jaman kolonial tersebut dapat disewa oleh masyarakat umum dengan tarif
Rp40.000,00 per kamar per malam. Tarif ini sudah termasuk fasilitas
sarapan pagi.
Selain rumah inap, ada juga sebuah kafe dengan suasana alami, yaitu
Cafe Botanicus. Kafe yang dikelilingi halaman berumput hijau dan kolam
besar ini menyediakan berbagai menu untuk dinikmati di tengah suasana
sejuk Kebun Raya Bogor.
Luasnya
areal kebun raya membuat perjalanan kita akan terasa melelahkan. Namun
jangan khawatir karena kebun raya ini memiliki tempat-tempat untuk
beristirahat dan bersantai. Wisatawan dapat memilih kursi atau sekedar
beralaskan rumput untuk duduk bersantai melepas lelah, sembari menikmati
minuman atau makanan yang dibawa dari rumah. Bisa juga memilih
beristirahat di tepian kolam yang dihiasi bunga teratai atau air mancur
yang indah. Bagi wisatawan yang membawa anak-anak, areal hamparan rumput
merupakan tempat yang cocok untuk bermain, sementara para orang tua
cukup duduk-duduk sambil mengawasi mereka.
Supaya
perjalanan menelusuri kebun raya menyenangkan, sebaiknya wisatawan
menggunakan alas kaki yang nyaman, karena penjelajahan umumnya dilakukan
dengan berjalan kaki. Akan lebih baik lagi jika tamasya Anda ke kebun
raya bisa didampingi oleh pemandu yang akan memberikan keterangan yang
memadai mengenai sejarah dan koleksi Kebun Raya Bogor. Para pemandu di
kebun raya ini terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu pemandu berbahasa
Indonesia, Jepang, dan Belanda.
Xhtrxntdxdgn
BalasHapusHehe
BalasHapus