Kamis, 28 April 2016

Deskripsi Kebun Raya Bogor

A. Selayang Pandang

Menyebut Kebun Raya Bogor, ingatan kita serta merta akan tertuju pada kebun raya pertama di Asia Tenggara yang juga menjadi lokasi Istana Bogor. Sejarah Kebun Raya dan Istana Bogor memang saling terkait erat. Pembangunan Istana Bogor bermula ketika Gubernur Jendral van Imhoff menginginkan tempat rehat yang nyaman di sebuah lokasi yang berhawa sejuk. Maka pada tahun 1745 ia menemukan areal perbukitan yang dia sebut Buitenzorg (artinya bebas masalah/kesulitan). Di tempat inilah kemudian dibangun sebuah pesanggrahan yang selanjutnya dikembangkan menjadi lebih luas dan megah oleh Gubernur Jendral Willem Daendels (1808-1811), Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles (1811-1816), dan Gubernur Jenderal Baron van der Capellen (1817-1826). Pada masa Daendels didatangkan enam pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal untuk memperindah lingkungan Istana Bogor. Sementara pada masa Raffles dirintis sebuah taman yang menjadi cikal bakal kebun raya di lingkungan Istana Bogor.
Sebelum dikembangkan lebih jauh oleh para penguasa kolonial, sebenarnya cikal bakal Kebun Raya Bogor telah ada sejak abad ke-15, ketika Sri Baduga Maharaja, Prabu Siliwangi yang memerintah antara 1474-1513, membuat hutan atau taman buatan yang disebut samida. Dalam prasasti Batutulis disebutkan, hutan buatan ini ditujukan untuk menjaga kelestarian benih-benih kayu langka yang diperlukan oleh kerajaan. Ketika Kerajaan Siliwangi (Sunda) takluk terhadap Banten, hutan inipun tidak terurus.
Pada masa pemerintahan Raffles, lingkungan Istana Bogor disulap menjadi taman bergaya Inggris klasik dengan bantuan seorang ahli botani dari Inggris, W. Kent. Gubernur jenderal yang dikenal memiliki minat besar terhadap ilmu pengetahuan ini menjadikan lingkungan istana sebagai sarana untuk meneliti berbagai tanaman yang hidup di kawasan Hindia Belanda. Hingga sekarang, wisatawan masih bisa menyaksikan salah satu peninggalan Raffles di Kebun Raya Bogor, yakni Monumen Olivia Raffles, sebuah monumen yang didirikan untuk mengenang mendiang istri Raffles yang meninggal pada 1814.

Monumen Lady Olivia Raffles
Sumber Foto: Roslan Tangah (aka Rasso)
Setelah Raffles, giliran van der Capellen yang mengembangkan lingkungan Istana Bogor secara lebih serius. Pada tanggal 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama s‘Lands Plantentuinte Buitenzorg. Pendirian kebun raya ditandai dengan menancapkan ayunan cangkul pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan kebun tersebut. Pembangunan kebun raya dipimpin langsung oleh Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt, seorang ahli botani dan kimia yang menjadi Menteri Bidang Pertanian, Seni, dan Ilmu Pengetahuan di Jawa dan sekitarnya. Reinwardt memimpin Kebun Raya Bogor antara tahun 1817 sampai 1822. Pada masa kepemimpinannya itu, ia mengelola areal sekitar 47 hektare serta mengumpulkan tanaman dan benih dari berbagai tempat di Nusantara. Kebun Raya Bogor kemudian menjadi pusat pengembangan pertanian dan holtikultura di Hindia Belanda, dengan sekitar 900 jenis tanaman dikembangkan di kebun raya ini.
Setelah Reinwardt, Kebun Raya Bogor dipimpin oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang mulai melakukan inventarisasi tanaman koleksi yang tumbuh di Kebun Raya Bogor. Usaha pencatatan ini berhasil membukukan sekitar 912 jenis (spesies) tanaman. Namun, pada perkembangannya Kebun Raya Bogor sempat mengalami kekurangan dana. Persoalan minimnya dana ini mulai teratasi setelah Johannes Elias Teijsmann, seorang ahli kebun istana Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch, mengambil alih kepemimpinan Kebun Raya Bogor pada tahun 1831. Pada masanya, Teijsmann mengelompokkan tanaman berdasarkan suku (familia).

Monumen Karl Reinwardt, pemrakarsa dan
direktur pertama Kebun Raya Bogor
Sumber Foto: http://www.jakarta.diplo.de
Setelah Teijsmann, berturut-turut Kebun Raya Bogor dipimpin oleh Prof. Dr. Melchior Treub (1881), Dr. Jacob Christiaan Koningsberger (1904), Van den Hornett (1904), dan Prof. Ir. Koestono Setijowirjo (1949). Nama terakhir ini merupakan orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai pimpinan kebun raya yang saat itu telah diakui keberadaannya secara internasional. Pada masa kepemimpinan tokoh-tokoh ini, Kebun Raya Bogor berhasil mengumpulkan berbagai tanaman yang berguna dan bernilai secara ekonomis, seperti vanili, kelapa sawit, kina, getah perca, tebu, ubi kayu, jagung, serta kayu besi.
Pengelola Kebun Raya Bogor juga mengembangkan kelembagaan internal demi mengkhususkan pada pengembangan objek kajian tertentu. Lembaga-lembaga tersebut antara lain jawatan Herbarium, Museum, Laboratorium Botani, Kebun Percobaan, Laboratorium Kimia, Laboratorium Farmasi, Cabang Kebun Raya di Sibolangit (Deli Serdang), Cabang Kebun Raya di Purwodadi (Kabupaten Pasuruan), Perpustakaan dan Tata Usaha, serta Pendirian Kantor Perikanan dan Akademi Biologi yang merupakan cikal bakal Insitut Pertanian Bogor (IPB).
Kerusakan akibat bencana badai pernah dialami Kebun Raya Bogor pada 1 Juni 2006. Badai kencang menerjang areal kebun raya hingga menumbangkan sekitar 124 pohon besar yang sebagian di antaranya berusia di atas 100 tahun. Pohon-pohon tua tersebut tumbang dan merusak berbagai tanaman lain serta sarana dan fasilitas di kebun raya. Akibat kerusakan yang menimbulkan kerugian miliaran rupiah tersebut, Kebun Raya Bogor sempat ditutup untuk sementara waktu.

B. Keistimewaan

Kebun Raya Bogor merupakan habitat seluas 87 hektare bagi sekitar 3.504 spesies tumbuhan, yang terbagi ke dalam 1.273 genera dan 199 famili. Tidak mengherankan jika kebun raya ini tercatat sebagai kebun botani terbaik keenam di dunia dan terbaik pertama di Asia Tenggara. Koleksi yang kaya dengan areal yang begitu luas tentu saja menjadi daya tarik bagi wisatawan dari dalam maupun luar negeri.
Obyek wisata ini cocok bagi Anda yang ingin berlibur bersama keluarga. Arealnya yang luas bisa untuk bermain dan bersantai sembari menghirup udara segar, sedangkan berbagai koleksi tumbuhan dan hewan awetan yang dimiliki oleh kebun raya ini merupakan sarana pendidikan yang menarik dan cocok bagi semua kalangan.
Memasuki gerbang utama Kebun Raya Bogor, Anda akan disambut oleh dua patung Ganesha yang melambangkan kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan dalam kepercayaan Hindu. Nah, dari pintu gerbang ini wisatawan dapat memilih beberapa rute untuk ditelusuri. Mengingat arealnya yang luas, sebaiknya Anda memilih untuk melewati beberapa rute saja, sehingga dapat lebih fokus menikmati kawasan yang Anda lalui. Terdapat empat rute jalan kaki sebagaimana ditulis di dalam buku Panduan Kebun Raya Bogor yang terbit tahun 1997.
Rute Pertama dimulai dari gerbang utama. Rute ini dapat dilalui kereta anak dan kursi roda, sehingga bagi Anda yang membawa anak atau pengunjung yang menggunakan kursi roda dapat memilih rute ini. Dari pintu utama wisatawan akan memasuki jalan setapak sepanjang 450 meter dengan nama jalan kenari I. Nama ini diambil dari pohon-pohon kenari (Canarium commune) yang menghiasi bagian kanan-kiri jalan. Di perempatan pertama, wisatawan belok ke arah kiri, memasuki sebuah jalan setapak yang dilengkapi pergola (para-para peneduh dengan tanaman merambat). Di musim hujan, pergola  tersebut akan semakin indah dengan bunga-bunga berwarna hijau yang mulai mekar.
Berjalan lurus dari jalur ini, wisatawan akan berjumpa dengan Laboratorium Treub yang khusus digunakan untuk penelitian fisiologi dan biokimia tumbuhan. Nama laboratorium ini diambil dari nama pendirinya, yakni Prof. Dr. Melchior Treub. Di sebelahnya berdiri bekas rumah direktur kebun raya pada jaman kolonial, yang dibangun pada 1884, bersamaan dengan pendirian Laboratorium Treub. Bekas rumah direktur kebun raya tersebut saat ini telah difungsikan sebagai rumah inap yang dapat disewa oleh masyarakat umum.
Di seberang rumah inap terdapat rimbunan tumbuhan yang salah satunya adalah maskot Kebun Raya Bogor, yaitu Amorphophallus titanum alias bunga bangkai. Bunga yang berasal dari Sumatra ini termasuk ke dalam suku talas-talasan (Araceae). Dalam bidang botani, bunga raksasa ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1878 oleh seorang ahli botani asal Italia bernama Beccari. Namun, baru 37 tahun kemudian, yakni tahun 1915, Kebun Raya Bogor mulai mengoleksi tanaman ini. Bunga bangkai memang istimewa. Bunga dengan tinggi hingga 2 meter ini hanya muncul dengan siklus antara 2-5 tahun. Selain identik dengan bau bangkainya yang menyengat, bunga ini memiliki warna-warni yang mempesona: paduan antara ungu lembayung, kuning, merah, dan hijau kekuning-kuningan.

Bunga bangkai saat mekar
Sumber Foto: http://www.jakarta.diplo.de
Berjalan terus dari kompleks bunga bangkai, kemudian berbelok ke arah kanan, wisatawan akan sampai di ujung Jalan Kenari I. Dari tempat ini, para pelancong dapat menikmati pemandangan halaman belakang Istana Bogor, yang makin cantik dengan keberadaan kawanan rusa bertutul putih (Axis-axis) yang berkeliaran di padang rumput. Rusa-rusa ini merupakan hasil pengembangbiakan rusa-rusa yang dibawa Gubernur Jenderal Daendels dari perbatasan India dan Nepal.

Rusa dengan latar belakang salah satu sisi Istana Bogor
Sumber Foto: http://rfkamil.multiply.com
Rute Kedua juga dimulai dari perempatan pertama Jalan Kenari I. Namun bedanya, jika rute pertama berbelok ke arah kiri, maka rute kedua berbelok ke arah kanan. Berjalan sekitar 20 meter dari perempatan tersebut, pengunjung akan sampai pada lokasi pohon kempas atau kayu raja (Koompassia excelsa). Pohon yang berasal dari Kalimantan ini adalah pohon raksasa dengan tinggi mencapai 50 meter dan diamater 1,5 meter. Usia pohon ini mencapai 85 tahun, dan dikenal sebagai pohon yang kuat, keras, dan berat. 
Usai menikmati pemandangan pohon raksasa yang tinggi menjulang, pengunjung dapat beralih ke Blok II A dan Blok II C yang menyajikan tanaman-tanaman penghasil serat rami yang biasa digunakan untuk tali, tikar, dan jaring ikan. Belok kanan dari blok ini, pelancong akan disuguhi koleksi pandan yang tatanannya cukup indah. Setelah itu, pelancong akan melewati jembatan yang melintas di atas Sungai Ciliwung yang mengarah ke Kolam Victoria, di mana terdapat bunga teratai raksasa (Victoria amazonica) yang berasal dari hutan Amazon, Brazil. Teratai raksasa ini bergaris tengah antara 1-1,5 meter, sementara bunganya yang berwarna putih muncul seminggu sekali. Bunga tersebut cukup unik karena dalam tempo 2-3 hari berganti warna menjadi merah jambu.
Keunikan lainnya jika wisatawan melintasi rute dua adalah keberadaan pohon tertua di Kebun Raya Bogor, yakni pohon leci (Litchi chinensis). Pohon ini terletak di pinggir Kolam Gunting dan ditanam sekitar tahun 1823, atau sekitar 186 tahun yang lalu. Pohon yang dibawa dari Cina ini tumbuh dalam kondisi baik hingga saat ini. Namun, karena usianya yang terbilang tua, pohon leci tersebut tidak lagi berbuah.
Rute Ketiga mengikuti jalur rute kedua hingga areal Blok I. Dari Blok I, rute ketiga mengambil jalur lurus menuju Taman Meksiko. Di taman ini terdapat berbagai macam tanaman dari daerah kering di Amerika Latin. Dari Taman Meksiko wisatawan akan melewati jembatan gantung pertama menuju sebuah kawasan yang mirip dengan hutan. Di hutan ini ada tumbuhan paku-pakuan, tanaman rempah-rempah, hingga kayu ulin atau kayu besi (Eusideroxylon zwageri). Kayu ulin terkenal kuat dan mampu bertahan hingga 80 tahun. Tak heran jika kayu ini sering digunakan sebagai bahan untuk bantalan rel kereta api.

Taman Meksiko
Sumber: http://www.bogorbotanicgardens.org
Selepas hutan, pengunjung akan melewati Kolam Victoria, kemudian menyeberangi Sungai Ciliwung melalui jembatan gantung kedua. Setelah melintasi Sungai Ciliwung, pelancong akan diperlihatkan koleksi sekitar 288 spesies palem yang dimiliki oleh kebun raya ini. Jumlah koleksi tersebut merupakan jumlah koleksi palem terbesar di dunia. Beberapa di antaranya adalah pohon aren dan lontar yang merupakan pohon penghasil gula. Selain itu, ada juga pohon kelapa dan kelapa sawit. Yang menarik, kelapa sawit yang ditanam di perkebunan-perkebunan di Asia Tenggara merupakan turunan dari koleksi pertama pohon sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Namun sayangnya, pohon sawit pertama tersebut telah mati pada 15 Oktober 1989.

Jembatan yang melintasi Kali Ciliwung di
Kebun Raya Bogor
Sumber Foto: http://www.thingsasian.com
Hal lain yang dapat dilihat di rute ketiga ini adalah pohon kalong atau pohon damar (Agathis dammara). Dinamakan pohon kalong karena pohon tersebut merupakan tempat berlindung kalong buah (Pteropus vampyrus) yang biasanya mencari makan pada malam hari. Hewan ini termasuk kelelawar besar dengan moncong mirip anjing dan rentang sayap mencapai 1,5 meter. Kalong buah biasanya mencari tempat berlindung di pohon-pohon yang tinggi, salah satunya pohon-pohon damar tersebut.
Rute Keempat adalah rute penjelajahan yang dimulai dari Cafe Botanicus, mengikuti jalan beraspal menuju ujung Jalan Astrid. Dari Jalan Astrid, wisatawan mengikuti jalan beraspal yang berada di sisi taman rumput. Di sekitar taman rumput terdapat anggrek macan yang menempel di sebatang pohon. Anggrek macan cukup istimewa karena memiliki panjang tangkai bunga antara 1-2 meter. Setiap tangkai biasanya memiliki lebih dari 100 bunga, sehingga dapat memantik kagum siapapun yang melihatnya. Bunga anggrek ini hanya berbunga setiap dua tahun sekali.
Usai menikmati bunga anggrek macan, wisatawan akan melintasi jembatan gantung. Namun, sebelum itu, Anda dapat menikmati pemandangan Jalan Kenari II yang di kanan-kirinya ditumbuhi pohon kenari. Uniknya, pohon-pohon kenari tersebut dililit oleh liana yang merupakan tanaman merambat dengan batang kayu rambat yang kuat. Liana ini juga dikenal dengan sebutan “pohon Tarzan”, karena dalam film Tarzan tanaman merambat ini digambarkan sebagai sarana Tarzan melompat dari satu pohon ke pohon lainnya.
Melewati jembatan gantung, pelancong akan sampai di makam Mbah Jepra yang dilingkupi dua pohon raksasa. Pohon pertama berjenis beringin (Ficus albipila) tetapi berkulit licin coklat-hijau. Beringin unik ini diduga merupakan spesimen satu-satunya di Indonesia. Sementara satu lagi adalah pohon meranti bunga (Shorea leprosula). Dua pohon raksasa ini ditanam sekitar tahun 1870. Usai menikmati lingkungan makam Mbah Jepra, pengunjung kemudian mengikuti jalan setapak menuju sisi lain dari halaman Istana Bogor. Di tempat ini, wisatawan dapat menonton rusa-rusa bertutul putih yang sedang merumput di halaman istana.

Salah satu rute penjelajahan di Kebun Raya Bogor
Sumber Foto: http://www.potlot-adventure.com.
Selain memiliki koleksi ribuan tanaman dari dalam dan luar negeri, Kebun Raya Bogor juga merupakan habitat bagi beraneka jenis burung. Terdapat sekitar 50 jenis burung hidup dan berkembangbiak secara alami di tempat ini. Beberapa di antaranya adalah kepodang, walik kembang, kutilang, kowak, dan kuntul.
Tak hanya burung-burung yang hidup secara alami, Kebun Raya Bogor mengembangkan pula koleksi berupa replika binatang dan koleksi awetan binatang yang dipamerkan di Museum Zoologi. Museum ini misalnya memamerkan replika kerangka tulang ikan paus raksasa yang terdampar di perairan Indonesia. Di samping replika tiruan, Museum Zoologi juga memamerkan berbagai jenis binatang awetan, seperti serangga, reptil, unggas, cacing, hingga mamalia.

C. Lokasi

Kebun Raya Bogor terletak di jantung Kota Bogor, yaitu di Jalan Ir. H. Juanda No. 13, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Pengelolaan kebun raya ini berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Untuk memperoleh informasi lebih lanjut, wisatawan dapat menghubungi Bagian Jasa dan Informasi Kebun Raya Bogor di nomor telepon/fax 0251-8311362.

D. Akses

Wisatawan yang berminat mengunjungi Kebun Raya Bogor dapat menempuh perjalanan dari Jakarta. Dari ibu kota negara ini, Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan kendaraan umum (bus maupun kereta api). Sarana transportasi umum Jakarta-Bogor umumnya cukup ramai, sehingga wisatawan tak perlu khawatir kesulitan memilih kendaraan yang diinginkan. Sesampainya di terminal atau stasiun di Kota Bogor, wisatawan dapat menggunakan jasa angkutan kota atau taksi untuk menuju Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Bogor buka setiap hari dari pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB.

E. Harga Tiket

Tiket masuk Kebun Raya Bogor adalah Rp10.000,00 per orang. Harga tiket ini sudah termasuk bea masuk Museum Zoologi, sehingga bagi Anda yang telah membeli tiket Kebun Raya Bogor digratiskan untuk menikmati koleksi Museum Zoologi. Namun, jika wisatawan sekedar ingin mengunjungi Museum Zoologi (tidak mengunjungi kebun raya secara keseluruhan), pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk museum sebesar Rp1.500,00 per orang. Selain tiket masuk, pelancong yang membawa kendaraan pribadi akan dikenakan biaya tambahan parkir sebesar Rp5.000 untuk setiap kendaraan.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Kebun Raya Bogor telah dilengkapi fasilitas pendukung berupa rumah inap dan restoran. Rumah inap yang merupakan bekas rumah direktur kebun raya pada jaman kolonial tersebut dapat disewa oleh masyarakat umum dengan tarif Rp40.000,00 per kamar per malam. Tarif ini sudah termasuk  fasilitas sarapan pagi. Selain rumah inap, ada juga sebuah kafe dengan suasana alami, yaitu Cafe Botanicus. Kafe yang dikelilingi halaman berumput hijau dan kolam besar ini menyediakan berbagai menu untuk dinikmati di tengah suasana sejuk Kebun Raya Bogor.
Luasnya areal kebun raya membuat perjalanan kita akan terasa melelahkan. Namun jangan khawatir karena kebun raya ini memiliki tempat-tempat untuk beristirahat dan bersantai. Wisatawan dapat memilih kursi atau sekedar beralaskan rumput untuk duduk bersantai melepas lelah, sembari menikmati minuman atau makanan yang dibawa dari rumah. Bisa juga memilih beristirahat di tepian kolam yang dihiasi bunga teratai atau air mancur yang indah. Bagi wisatawan yang membawa anak-anak, areal hamparan rumput merupakan tempat yang cocok untuk bermain, sementara para orang tua cukup duduk-duduk sambil mengawasi mereka.
Supaya perjalanan menelusuri kebun raya menyenangkan, sebaiknya wisatawan menggunakan alas kaki yang nyaman, karena penjelajahan umumnya dilakukan dengan berjalan kaki. Akan lebih baik lagi jika tamasya Anda ke kebun raya bisa didampingi oleh pemandu yang akan memberikan keterangan yang memadai mengenai sejarah dan koleksi Kebun Raya Bogor. Para pemandu di kebun raya ini terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu pemandu berbahasa Indonesia, Jepang, dan Belanda.

2 komentar: